PAGUYUBAN PARASENA MAHIKA LESTARI

Paguyuban Parasena Mahika Lestari

Artikel

Rantai Pasok Beras di Kecamatan Cibeber, Cianjur: Efisiensi dan Integrasi Pasar

Integrasi yang baik dalam rantai pasok adalah kunci sukses dalam pemasaran suatu produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pasok beras, menganalisis efisiensi teknis, dan menguji integrasi pasar vertikal pada rantai pasok beras di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Beras merupakan makanan pokok dengan tingkat konsumsi tinggi di Indonesia, sehingga efisiensi sistem pemasaran sangat penting untuk mendukung program peningkatan produksi.

Karakteristik Rantai Pasok Beras Cibeber

Produk beras dari Cianjur tidak hanya dipasarkan di daerah tersebut, tetapi juga ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, dan Depok. Beras Cianjur dikenal memiliki citra rasa yang baik dan sering dikategorikan sebagai beras premium, bahkan memiliki harga yang lebih tinggi dibanding beras daerah lain di Pasar Cipinang.

Terdapat 10 saluran pemasaran produk beras dari Cibeber, Cianjur. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam rantai pasok meliputi:

  • Petani: Hampir seluruh petani menjual hasil panennya dalam bentuk gabah kering panen (GKP), terutama karena kebutuhan akan uang tunai yang cepat dan keterbatasan fasilitas pengeringan. Petani memiliki alternatif penjualan ke pedagang pengumpul (tengkulak), penggilingan padi desa, atau pengumpul besar.

  • Pedagang Pengumpul (Tengkulak): Lembaga yang paling dominan dipilih petani, yaitu sebesar 96,47%. Mereka membeli GKP dari petani dan menjualnya kembali ke lembaga lain, terutama pengumpul besar.

  • Pengumpul Besar: Berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras, membeli gabah dari tengkulak atau petani, dan memiliki akses pasar ke hulu maupun hilir.

  • Pabrik Beras: Mengolah gabah menjadi beras, melakukan sistem grading, dan merupakan anggota rantai pasok yang paling kesulitan jika tidak mendapatkan pasokan gabah, karena telah mengeluarkan biaya tetap yang besar.

  • Pedagang Pasar Induk Cipinang: Meskipun aliran beras dari Cianjur ke Pasar Cipinang hanya sedikit (sekitar 1,14%), sistem grading di Pasar Cipinang sering menjadi acuan bagi anggota rantai pasok beras di Cianjur. Pedagang di pasar ini memiliki gudang penyimpanan besar, bahkan dapat menampung lebih dari 500 ton beras, dan memiliki jaringan pemasok dari berbagai daerah.

Aliran finansial pada rantai pasok relatif cepat untuk memenuhi kebutuhan modal anggota rantai pasok dan menciptakan kepuasan bermitra. Aliran informasi berlangsung timbal balik dari petani hingga konsumen, mencakup informasi harga, kualitas beras, dan kendala produksi.

Efisiensi Teknis Saluran Rantai Pasok

Secara umum, nilai efisiensi teknis seluruh saluran rantai pasok beras di Cibeber telah cukup baik, yang dapat dipengaruhi oleh proses pembagian informasi yang baik di antara anggotanya.

Namun, dari 10 saluran, terdapat empat saluran yang masih belum efisien (saluran 1, 4, 6, dan 9), yang ditunjukkan oleh nilai efisiensi teknis kurang dari 1. Saluran yang paling tidak efisien adalah Saluran 4 (Petani - Tengkulak - Pengumpul Besar - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen).

Ketidak-efisienan saluran-saluran ini disebabkan oleh banyaknya jumlah lembaga pelaku rantai pasok yang terlibat. Pedagang pengumpul (tengkulak) terlibat dalam tiga dari empat saluran yang tidak efisien (saluran 1, 4, 9) dan dapat menjadi penyebab inefisiensi karena fungsinya hanya sebagai pembeli dan penjual GKP, serta menggunakan modal pinjaman.

Integrasi Pasar Vertikal

Analisis integrasi pasar vertikal menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat (kausalitas) harga sebagai berikut:

  • Petani Memiliki Pengaruh Harga: Terdapat kausalitas satu arah dari harga gabah di petani Cibeber, Cianjur ke harga beras di pedagang pengumpul besar dan pengecer Cianjur, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa posisi petani tidak lemah dalam rantai pasok beras.

  • Kekuatan Pasar Cipinang: Perubahan harga beras di Pasar Cipinang dapat memengaruhi harga beras di tingkat pedagang pengumpul besar dan pengecer Cianjur. Namun, perubahan harga gabah di tingkat petani tidak menyebabkan perubahan harga beras di Pasar Cipinang, salah satunya karena rasio beras Cianjur yang masuk ke Cipinang relatif sedikit. Kekuatan pedagang Cipinang disebabkan oleh persediaan beras dalam jumlah besar dan jaringan pemasok yang luas.

  • Penyebab Kenaikan Harga: Kenaikan harga beras di tingkat pedagang besar atau pengecer bukan disebabkan oleh kenaikan harga gabah di tingkat petani, melainkan oleh kemampuan pedagang besar (wholesaler) untuk memengaruhi pasokan beras di pasar (market power). Disparitas harga yang meningkat juga mengindikasikan semakin besarnya marjin pemasaran, yang dapat disebabkan oleh penyalahgunaan market power pedagang perantara.

Dalam jangka panjang, semua variabel harga terkointegrasi terhadap harga gabah di tingkat petani Cianjur. Pemerintah perlu terus mengawasi proses penyimpanan beras oleh pedagang besar, terutama di Pasar Cipinang.

Implikasi Manajerial

Untuk menjaga kelancaran rantai pasok, pabrik beras harus dapat menjamin pembayaran secara cepat terhadap hasil panen yang dibeli dari petani, karena pabrik sangat bergantung pada pasokan gabah. Pabrik dapat mendorong tengkulak untuk mempercepat pembayaran kepada petani. Sementara itu, aktivitas distribusi beras ke luar Cianjur, seperti Pasar Cipinang, dapat meningkatkan harga jual beras, namun perlu diperhatikan jumlah lembaga yang terlibat agar saluran tetap efisien.

Penulis:
Alexandro Ephannuel Saragih*)¹, Netti Tinaprilla*), dan Amzul Rifin*)

Afiliasi:
*) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Jl. Kamper, Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Sumber: file:///C:/Users/user/Downloads/adminjmagr,+Pages+from+JMA+VOL+14+NO+3+Nov+2017-4+alex.html